MINAT MEMBACA MASIH RENDAH, KENAPA.?????
19/02/2009 08:35
Orang tua yang kurang suka membaca dan enggan membelikan anaknya buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi alas an lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, anak-anak tidak akrab dan merasa asing dengan buku serta memiliki minat membaca yang rendah. Mereka menjadi tidak saying buku karena tidak kenal.
Tradisi lisan merupakan bagian dari masyarakat
Kurangnya komitmen sekolah untuk memberikan tugas-tugas yang membiasakan anak untuk membaca, semisal pelajaran bedah buku, mengarang dan lain sebagainya.
Kurang berkembangnya perpustakaan-perpustakaan di lingkungan warga atau perpustakaan keliling yang memungkinkan anak selalu mempunyai akses dan fasilitas untuk membaca.
CONTOHLAH JEPANG
Untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, di Jepang diberlakukan gerakan “20 Minutes Reading of Mother and Child”. Gerakan ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur. (Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000).
Di Indonesia, pemerintah bersama LSM peduli kegemaran membaca telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (GPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orang tua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, desa, hingga tingkat nasional.
Sayangnya, meski upaya meningkatkan minat baca dan pemenuhan bahan bacaan sudah menjadi agenda utama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa,
Agar minat baca muncul dan terus berkembang, dianjurkan agar kita selalu menciptakan suasana yang membuat anak jadi gemar membaca. Tidaj cukup hanya dengan membelikan buku bacaan bagi anak, sebab orang tua juga harus rajin membeli buku bacaannya sendiri dan membaca. Sekolah dan lingkungan rumah sudah sudah saatnya menyediakan sarana yang membuat anak mudah memperoleh bacaan, berupa perpustakaan-perpustakaan ramah anak yang selalu memperbaharui koleksinya.
———
Back